TETES MINYAK MILIKAN
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Robert A. Milikan (1869 – 1953)
melakukan percobaan dengan meneteskan minyak melalui dua plat logam dengan beda
potensial yang dapat diatur sehingga gaya elektrolistrik mampu membuat tetes
minyak berhenti. Pada eksperimen tersebut, jatuhan minyak akan mengalami
percepatan kebawah yang disebabkan oleh gaya gravitasi dan pada saat yang sama
gerak tetes minyak tersebut dihambat oleh gaya stokes. Sehingga akan terjadi
keseimbangan gaya – gaya antara gaya gravitasi dan gaya listrik diantara dua
plat konduktor tersebut.
Dalam eksperimen minyak milikan,
dibutuhkan Milikan Oil-drop Apparatus , adaptor DC 12 Volt, high voltage DC
power supply, multimeter digital, atomizer + minyak, stopwatch, barometer, dan
lampu halogen DC 12 Volt. Eksperimen ini dimulai dengan menyemprotkan Atomizer
kedalam chamber yang telah dibuka setelah terisi pindahkan pada posisi ionisasi
tunggu beberapa detik kemudian pindahkan
ke posisi off. Dalam perlakuan ini, dilakukan pengamatan terhadap tetesan
minyak yang telah disemprot tersebut pada mikroskop. Kemudian dilakukan
pengaturan jarak dan waktu yang telah ditentukan baik pada saat kecepatan naik
maupun turun. Dari hal tersebut, kemudian dihubungkan dengan persamaan yang
sudah umum diketahui guna didapatkan nilai muatan elektron dengan hubungannya
pada ketetapan Avogadro.
Eksperimen tetes minyak Milikan
merupakan eksperimen dalam menentukan muatan satuan elektron (e) dan bilangan
Avogadro (N) berdasarkan persamaan Faraday dengan mengetahui sifat diskrit dari
muatan elektron. Mengingat hal tersebut merupakan asas paling fundamental dalam
mempelajari karakteristik atomik maupun kelistrikan secara mikro, maka
eksperimen ini dinilai perlu untuk dilakukan.
B.
Tujuan Percobaan
1.
Menentukan
sifat diskrit muatan listrik
2.
Menentukan
muatan keunsuran (e).
II.
DASAR TEORI
Tetes minyak milikan adalah
merupakan percobaan yang menunjukkan bahwa muatan electron bersifat diskrit
yaitu gaya ke bawah pada tetes milikan (percepatan ke bawah) akan terhambat
oleh suatu gaya stokes (gaya penghambat). “Percobaan ini dilakukan dengan
menyeimbangkan gaya-gaya antara gaya gravitasi dan gaya listrik pada suatu
tetes kecil minyak yang berada diantara dua buah pelat konduktor.” (Kennet
Krane, 1992: 181).
Robert Millikan melakukan percobaan dengan menyeimbangkan gaya-
gaya antara gravitas dan gaya listrik pada suatu tetes minyak yang ada diantara
dua buah pelat konduktor. Ketika minyak jatuh diudara akan mengalami percepatan
kebawah ynag disebabkan oleh gaya grafitasi dan pada saat yang sama gerak tetes
minyak tersebut dihambat oleh gaya penghambat (gaya stokes). Menurut stokes,
bila sebuah benda dilepaskan tanpa kecepatan awal didalam fluida, benda
mula-mula akan mendapat kecepatan. (Sissom,1987)Karena mendapat kecepatan maka
benda akan bertambah besar pula, hingga mencapai keadaan stasioner. Pada
keadaan seperti ini dpat digambarkan hubungan antara gaya stokes dan gaya
gravitasi berdasar persamaan berikut:
Fg= Fs…………………………………..(1)
M.g = K.Vf ………………………………….(2)
Dalam keadaan stasioner menjadi:
Fc= Fg+ Fs……………………………….(3)
Een = mg + KVr……..………………………(4)
Dimana E merupakan kuat medan listrik. Secara umum didefinisikan
bahwa kuat medan listrik E di dalam
ruang sebagai gaya elektrostatis yang bekerja pada satu satuan muatan di dalam
ruang tersebut. (Soedojo,1985).
Percobaan milikan disebut juga sebagai percobaan Oil Drop. Electron
mempunyai peran penting dalam mempelajari gejala kelistrikan kemagnetan. Dengan
mengembangkan gaya-gaya gravitasi dan gaya listrik pada suatu tetes kecil
minyak yang berada diantara dua pelat elektroda, masing-masing plat berdiameter
20 cm dan terpisah sejauh 7.67cm. Minyak diteteskan dengan tetesan kecil melalui
dua plat logam dengan dua buah plat yang dapat menarik muatan listrik dari
tetesan minyak pada palat bagian atas. Jika beda tegangan diatur agar
mengimbangi gaya gravitasi pada tetes minyak, maka artikel-partikel minyak yang
mengandung muatan akan melayang karena keseimbangan gaya tersebut. Pada keadaan
ini gaya gravitasi sama dengan gaya elektrostatik, sehingga muatan dapat
diketahui besarnya. (Finn, 1992)
Melalui banyak percobaan dengan tetes minyak milikan yang beragam
maka secara umum muatan dapat diperoleh:
en=mg[(Vf+Vr)/EVf] …….………….…………..(5)
Dimana besaran massa m dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan m=4/3πα3σ, sehingga persamaan di atas menjadi:
en=(4/3) πα3σg[(Vf+Vr)/EVf] ………..………………..(6)
Muatan listrik Q di dalam suatu ruang, akan menyebabkan timbulnya
mdan listrik did ala ruang tersebut, artinya setiap muatan lain Q yang berada
di dalam ruang itu akan mengalami gaya elekstrotati” makin banyak Q makin kuat
gaya F dan makin medan listrik yang ditimbulkan oleh Q tersebut.” Sehingga kuat
medan listrik di dalam ruang, ditentukan oleh banyaknya muatan Q yang
menimbulkan medan listrik tersebut, serta tergantung pada jaraknya dari muatan
Q (Peter, 1985: 14).
Percobaan yang dilakukan oleh millikan dapat menyingkap secara
meyakinkan bagiamana sifat muatan
listrik dan harga muatan suatu electron (en) maupun bilangan Avogadro
(N) dalam satuan system internasional yaitu dengan persamaan:
en=(4/3)πα3σg[1/(1+b/pa)]3/2 [(Vf+Vr) / (ΔV)Vf]
…………………..(7)
Nilai dari bilangan Avogadro (N) adalah:
N = 9,625x107(C/kgberat ekivalen) / e (C)…………………(8)
en= muatan tetes minyak (Columb)
Terbukti bahwa beberapa bintik minyak bermuatan listrik, karena
efek gesekan. Bintik-bintik itu dapat pula memperoleh
muatan jika udara dalam apara tersebut diionisasi oleh sinar X atau oleh secuil
benda Radioaktif beberapa electron atau ion lalu bertumbukan dengan
bintik-bintik minyak itu. (Zemansky,1986).
Dari percobaan Millikan menyimpulkan qe = e
merupakan kelipatan bilangan bulat dari nilai tertentu yaitu 1,6 x10−19C
dan tdak pernah didapatkan nilai qe = e
kurang dari 1,6 x 10−19C. Selanjutnya nilai 1,6 x10−19C
disebut muatan elementar (muatan elektron). (Silaban, 1986).
Melalui percobaan tetes minyak milikan ini, tidak hanya electron
yang digunakan sebagai acuan di dalam dasar teori, akan tetapi analisa fluida
juga memiliki peranan di dalam percobaan.
Aliran fluida merupakan garis lurus didalam medan aliran yang dibuat
pada saat waktu tertentu.(Pitts,1977)
III.
PEMBAHASAN
Pada praktikum tetes minyak milikan ini terdapat 2 tujuan, yaitu yang
pertama menentukan sifat diskrit muatan
listrik dan yang kedua yaitu menentukan muatan keunsuran dari tetes minyak
tersebut. Percobaan tetes minyak Milikan dirancang untuk mengukur muatan
listrik elektron dengan menyeimbangkan gaya-gaya antara gaya gravitasi dan gaya
listrik pada suatu tetes kecil minyak yang berada di antara dua buah pelat
elektroda. Dengan mengetahui besarnya medan listrik, muatan pada tetes minyak
yang dijatuhkan (droplet) dapat ditentukan. Dengan mengulangi eksperimen
ini sampai beberapa kali, Robert Milikan menemukan bahwa nilai-nilai yang
terukur selalu kelipatan dari suatu bilangan yang sama. Ia lalu
menginterpretasikan bahwa bilangan ini adalah muatan dari satu elektron : 1.602
× 10−19 Coulomb.
Prinsip yang digunakan pada percobaan milikan adalah pengaruh gaya
gravitasi dan gaya listrik pada partikel bermuatan ( tetesan minyak ). Tetesan
minyak yang dihamburkan dalam ruang pengamatan dipengaruhi oleh medan listrik,
medan listrik sendiri yaitu efek yang ditimbulkan oleh keberadaan muatan
listrik, seperti elektron, ion, atau proton dalam ruangan di sekitarnya. Medan
listrik tersebut ditimbulkan dari beda potensial antara elektroda positif (
atas ) dan elektroda negatif ( bawah ) yang diberikan pada pelat kondensator.
Pada saat gaya gravitasi sama dengan gaya listrik maka tetesan minyak tersebut
akan mengambang. Tetesan minyak dalam medan listrik dipengaruhi oleh beberapa
gaya yaitu gaya berat, gaya Stokes yang merupakan gaya penghambat, gaya dorong
dan gaya elektrostatis.
Dalam percobaan ini praktikan mengalami kesulitan dalam pengambilan
data dikarenakan sulitnya mengamati tetes minyak tersebut. Minyak disemprotkan
ke dalam plat sejajar dengan cara disemprotkan melalui celah sempit sehingga
hanya sedikit tetes minyak yang lolos ke dalam pengamatan. Selain itu,
kecerahan citra yang terlihat pada mikroskop (teleskop) sangat kurang (buram),
sehingga praktikan kesulitan mengamati tetes minyak tersebut dan menyebabkan mata
pengamat menjadi gampang lelah karena berakomodasi maksimum dalam waktu yang
lama.
Secara teori, tetes minyak akan mengarah ke bawah (jatuh) karena
adanya pengaruh gaya gravitasi. Namun, pada waktu melakukan percobaan,
praktikan mengamati kecepatan jatuh dari tetes minyak justru mengarah ke atas
karena sifat lensa pada mikroskop yang memperbesar sekaligus membalik bayangan
sehingga tetes minyak yang teramati mengarah ke atas sebelum diberikan
tegangan.
Pada praktikum ini, tetes minyak yang jatuh mengalami percepatan
gravitasi, tetapi adanya gaya gesekan menyebabkan kecepatan minyak tetap.
Kecepatan ini diperlukan untuk menentukan keseimbangan gaya, pada tetes minyak
bergerak akan terdapat gaya elektrostatik. Melalui beda potensial antara dua
keping dapat diatur sehingga gaya elektrostatik mampu membuat tetes minyak
berhenti, sehingga terjadi keseimbangan. Setelah diberikan tegangan tertentu,
tetes minyak berada pada keadaan setimbang. Seperti pada mesin atomisasi (atomizer
machine) yang berfungsi untuk mengubah ukuran benda menjadi mikroskopis,
terjadi gesekan antara material (cairan) dengan mesin. Adanya gesekan ini akan
menyebabkan material-material kecil yang keluar dari mesin menjadi bermuatan
listrik (akibat adanya listrik statis). Beberapa elektron atau ion lalu
bertumbukan dengan tetes minyak tersebut sehingga menjadikannya bermuatan
negatif ataupun positif, tergantung ion atau elektron yang menumbuknya. Ketika
tetes minyak kecil ini jatuh di daerah yang ada medan listrik, maka partikel
kecil ini akan tertarik ke arah kutub yang berlawanan dengan muatannya. Tetes
minyak pada percobaan Millikan bermuatan negatif. Bila pada tutup chamber
bagian atas kita buat bermuatan positif, maka tetes tersebut akan tertarik ke
atas. Jika kedua plat diberikan tegangan, maka partikel (tetesan minyak) yang
telah bermuatan akan bergerak, di mana partikel yang bergerak ke atas (atau ke
bawah dalam pengamatan) merupakan partikel elektron (-) sedangkan yang bergerak
ke bawah adalah proton (+).
Dari data yang diperoleh dapat dibuat grafik hubungan antara Q
(muatan keunsuran) dengan r (jari-jari keunsurannya). Dimana dapat dilihat dari
grafik yang berbentuk titik-titik yaitu
semakin besar r maka semakin besar juga Q, jadi r berbanding lurus dengan Q. Berdasarkan
teori, jari-jari digunakan untuk mencari kecepatan tetes minyak ke atas dan ke
bawah, kemudian untuk mencari muata keunsuran digunakan variabel kecepatan.
Jadi grafik sudah sesuai teori yaitu r berbanding lurus dengan Q.
Melalui
analisis data dengan metode dinamis, diperoleh nilai muatan elektron q untuk
masing-masing variasi (350 V, 400 V, 450 V, dan 500 V) sebesar 2.641 x 10 -18
C; 5.683 x 10-19 C; 2.622 x 10-19 C; dan 1.079 x 10-19
C, sedangkan menurut literatur adalah 1,602.10-19 Coulomb,
sehingga hanya terdapat satu saja yang mendekati dengan teori yaitu pada
variasi tegangan 500 V (sebesar 1.079 x 10-19 C). Perbedaan nilai q
antara literatur dengan hasil percobaan yang lumayan jauh kemungkinan
disebabkan oleh:
a.
Ketidaktelitian pengamatan tetes minyak karena
mata pengamat yang terlalu lelah.
b.
Tetes-tetes minyak yang ukurannya tidak sama
besar (tidak homogen) sehingga (mungkin) menyebabkan kecepatan jatuhnya
berbeda-beda.
c.
Ketidaksigapan praktikan dalam penentuan selang
waktu.
IV.
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Kecepatan
naik dan kecepatan turun tetes minyak milikan berpengaruh terhadap penentuan
nilai muatan tetes dimana pada keduanya bekerja interaksi gaya stokes,
percepatan grafitasi dari bumi (gaya berat), gaya arcimedes(dari fluida
minyak), dan gaya listrik.
2.
Nilai
bilangan Avogadro (N= 3.61208x10²⁵) dapat dibuktikan berdasarkan persaman Faraday dari eksperimen
milikan yang dilakukan.
3.
Indikasi
dan karakteristik sifat diskrit dari muatan elektron dapat diketahui dari
bentuk paket – paket yang disebut kuanta
yang memiliki nilai yaitu e=1,602 ×10−19 C.
4.
Nilai
muatan satuan elektron berdasarkan percobaan dan sifat diskrit dari muatan
elektron adalah sesuai dengan variasi tegangan 350 V, 400 V, 450 V, dan 500 V
secara berturut-turut yaitu sebesar 2.641 x 10 -18 C; 5.683 x
10-19 C; 2.622 x 10-19 C; dan 1.079 x 10-19 C,
sedangkan menurut literatur adalah 1,602.10-19 Coulomb, sehingga
hanya terdapat satu saja yang mendekati dengan teori yaitu pada variasi
tegangan 500 V (sebesar 1.079 x 10-19 C). Perbedaan nilai q antara
literatur dengan hasil percobaan yang lumayan jauh kemungkinan disebabkan oleh
beberapa sumber ralat..
B.
Saran
Eksperimen mengenai tetes minya
milikan ini mencakup partikel-partikel mikroskopik yang berbeda dengan kerangka
pengamatan secara makro. Oleh karena itu, jika eksperimen ini dilakukan dengan
jumlah variabel pengamatan yang lebih banyak akan dapat memberikan hasil yang lebih
valid karena peluang validitas yang akan lebih tinggi Oleh karena itu, penulis
memberikan saran agar dilakukan eksperimen serupa dengan variabel pengamatan
yang lebih luas dan spesifik, sehingga dapat diperoleh data yang kredibel. Juga
sebelum melakukan eksperimen ini sebaiknya belajar dulu tentang materi-materi
yang terkait dengan percobaan ini, agar dalam percooan yang nantinya akan
dilakukan dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori.
Jagalah alat untuk generasi selanjutnya.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern, alih bahasa :
Hans J. Wospakrik dan Sofia
Niksolihin. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
http://google.co.id
http://septiadiah.files.wordpress.com/2011/10/radiasi-4-percobaan-milikan.pdf
MILIKAN
EFEK ZEEMAN
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam medan magnetik, energi keadaan atomik tertentu
bergantung pada harga ml seperti juga pada n. Keadaan dengan
bilangan kuantum total n terpecah menjadi beberapa sub-keadaan jika atom itu
berada dalam medan magnetik, dan energinya bisa sedikit lebih besar atau lebih
kecil dari keadaan tanpa medan magnetik. Gejala itu menyebabkan “terpecahnya”
garis spektrum individual menjadi garis-garis terpisah jika atom dipancarkan ke
dalam medan magnetik, dengan jarak antara garis bergantung dari besar medan
itu. Efek
Zeeman adalah gejala tambahan garis-garis spektrum jika atom-atom tereksitasi
diletakan dalam medan magnet (terpecahnya garis spektral oleh medan magnetik).
Efek Zeeman, nama ini diambil dari nama seorang fisikawan Belanda Zeeman yang
mengamati efek itu pada tahun 1896.
Percobaan efek zeeman merupakan suatu percobaan yang
membuktikan bahwa spektrum atom akan terpecah ketika diberikan medan magnet
dalam percobaan ini dilakukan pengamatan mengenai spektrum yang tebentuk ketika
sebuah atom diberi pengaruh medan magnet tersebut,medan magnet yang diberikan
berasal dari sebuah kumparan yang diberikan arus listrik sehingga menghasilkan
medan magnet yang besar kemudian di antara kumparan tersebut dipasang lampu
katmium sebagai sumber atom yang akan di uji.
Efek zeeman tidak dapat dijelaskan dengaan
menggunakan atom bohr dengan demikian diperlukan model atom yang lebih lengkap
dan lebih umum untuk menjelaskan efek zeeman dan spektrum elektron banyak (faisal
gifar,2010). Gerak magneton elektron orbital dalam sebuah atom hidrgen
bergantung terhadap momen sudut L. Untuk itu perlu dilakukan percobaan efek
Zeeman untuk lebih mudah kita mempelajari atau memahami tentang apa itu efek
Zeeman dan hal-hal yang terkait dengannya.
B. TUJUAN
1. Mengamati
perpecahan garis sepektrum emisi atom ccadmium menjadi dua garis menggunakan
interferometer Febry-Perot yang diukur dalam bilangan gelombang sebagai fungsi
rapat fluks magnet.
2. Menentukan
nilai magneton borh.
II. DASAR TEORI
Peristiwa
Efek Zeeman merupakan bukti yang jelas dari kuantisasi ruang. Dikarenakan m1
dapat memiliki 2l + 1 harga dari +l melewati 0 hingga –l, suatu keadaan dimana
bilangan kuantum orbital l terpecah menjadi 2l + 1 buah pecahan sub keadaan
yang berbeda energi dengan μbB jika atom tersebut diletakkan dalam
medan magnetik. Namun, karena perubahan m1 terbatas pada ∆m1
= 0, ± 1, kita dapat mengharapkan bahwa garis spektral yang timbul dari
transisi antara dua keadaan dengan l berbeda hanya terpecah menjadi tiga
komponen, seperti terlihat pada gambar dibawah. Efek Zeeman normal terdiri dari
garis spektral berfrekwensi v0 terpecah menjadi tiga komponen
berfrekuensi.
Gerak
magnetik elektron orbital dalam sebuah atom hidrogen bergantung dari momentum
sudut L, besar serta arah L terhadap medan akan menentukan berapa besar
sumbangan magnetik pada energi total atom apabila terletak dalam medan
magnetik. Momen magnetik adalah sebuah arus (current loop) dimana :

Dalam
peristiwa efek Zeeman ini, apabila seberkas atom hidrogen yang terdiri atas
jumlah bagian atom yang sama (masing-masing dalam keadaan ml = -1,
0, dan +1) dilewatkan pada suatu daerah yang didalamnya terdapat suatu medan
magnet tak seragam. Karena atom-atom dengan ml = +1 mengalami neto
gaya ke atas, maka mereka dibelokkan ke atas, atom-atom dengan ml =
-1 dibelokkan ke bawah, dan atom dengan ml = 0 tidak dibelokkan.
Setelah melewati medan magnet, berkas atom dijatuhkan pada suatu layar, di situ
berkas membentuk sebuah titik terang. Apabila medan magnetnya dihilangkan, maka
hanya terdapat satu titik di pusat layar, karena berkas sama sekali tidak
mengalami pembelokan. Apabila medan magnetnya dinyalakan, maka akan terdapat
tiga buah titik pada layar, satu di pusat (berkaitan dengan ml = 0),
satu diatas pusat (ml = +1), dan satu dibawah pusat (ml =
-1).
Peristiwa
Efek Zeeman merupakan bukti yang jelas dari kuantisasi ruang. Dikarenakan m1
dapat memiliki 2l + 1 harga dari +l melewati 0 hingga –l, suatu keadaan dimana
bilangan kuantum orbital l terpecah menjadi 2l + 1 buah pecahan sub keadaan
yang berbeda energi dengan μbB jika atom tersebut diletakkan dalam
medan magnetik. Namun, karena perubahan m1 terbatas pada ∆m1 = 0, ±
1, kita dapat mengharapkan bahwa garis spektral yang timbul dari transisi
antara dua keadaan dengan l berbeda hanya terpecah menjadi tiga komponen,
seperti terlihat pada gambar dibawah. Efek Zeeman normal terdiri dari garis
spektral berfrekwensi vo terpecah menjadi tiga komponen berfrekuensi. Dalam
menganalisis transisi antara keadaan ml yang berbeda, seringkali kita perlu
untuk menggunakan aturan seleksi kedua : bahwa transisi yang terjadi hanyalah
yang mengubah ml sebanyak 0, +1, atau -1. Perubahan ml sebanyak dua atau lebih
tidak diperkenankan. Dengan kata lain, transisi elektron antara kedua kelompok
pecahan itu harus memenuhi aturan seleksi yaitu : ∆M = 0, ± 1
III. PEMBAHASAN
Percobaan
efek zeeman merupakan suatu percobaan
yang membuktikan bahwa spektrum atom akan terpecah ketika diberikan medan
magnet dalam percobaan ini dilakukan pengamatan mengenai spektrum yang tebentuk
ketika sebuah atom diberi pengaruh medan magnet tersebut,medan magnet yang
diberikan berasal dari sebuah kumparan yang diberikan arus listrik sehingga
menghasilkan medan magnet yang besar kemudian di antara kumparan tersebut
dipasang lampu katmium sebagai sumber atom yang akan di uji,untuk memudahkan
pengamatan maka pada rangkaian optik diberikan filter cahaya, cahaya yang
diteruskan hanyalah cahaya merah sehigga dari lensa optik dapat dilihat pola
melingkar dari garis – garis spektrum tersebut.
Percobaan efek zeeman dilakukan untuk
memahami prinsip terjadinya pemecahan spektrum atomik yang diakibatkan oleh
pengaruh medan magnet dan menentukan magnetron bohr elektron. Alat dan bahan
yang digunakan pada percobaan ini ialah lampu cadmium yang merupakan sebagai
sumber cahaya atau atom yang akan di uji pada percobaan ini.prinsip kerja dari efek zeeman ialah menguji lampu cadmium
tanpa menggunakan medan magnetik cahaya yang dipancarkan oleh lampu tersebut
kemudian melewati rangkaian optik interferometer agar pada layar dapat
diketahui pola gelap dan pola terang,pada layar akan terlihat garis spektral
yang terpisah anatra satu garis dengan garis yang lainya,apabila medan magnetik
diperbesar maka akan terlihat suatu garis yang terpecah dari garis awalnya
variasi yang digunakan pada percobaan ini ialah memvariasi arus pada medan
magnetik karena semakin besar arus yang diberikan terhadap kumparan maka medan
listrik yang dihasilkan juga semakin besar hal ini dapat mempengaruhi spktral
atom tersebut
Pada percobaan ini menggunakan filter
cahya berwarna merah sehingga cahaya yang dilewatkan cahaya merah saja, ketika
medan magnetik besar maka garis spektral atom akan terpecah namun ketika arus
yang digunakan kecil maka hanya terjadi pundaran saja pada spektral atomik
namun ketika arus yang diberikan semakin besar maka pecahan spektral atomik
semakin jelas dan jari – jari yang dihasilkan semakin lebar dalam percobaan ini
data yang diambil merupakan jari jari dari perpecahan spektral atomik atom
tersebut.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Efek Zeeman adalah gejala tambahan garis-garis
spektrum jika atom-atom tereksitasi diletakan dalam medan magnet (terpecahnya
garis spektral oleh medan magnetik). Periswa efek zeemen terjadi ketika sebuah
atom yag dipengaruhi oleh medan magnet maka spektrumnya akan terpecah dan
energi yang dihasilkan akan berkurang.
B. Saran
Untuk pratikan selanjutnya, agar
memahami konsep terlebih dahulu, sebelum memulai pratikum, agar dalam praktikum
dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang didapat lebih sesuai dengan teori
yang ada. Selain itu, untuk melihat multimeter, agar lebih hati – hati dan
teliti. Dan jagalah alat, untuk generasi berikutnya.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Beiser,Arthur.1982.konsep fisika modern.jakrta:erlangga
Giancoli,D.C.1998
Physisc Principle and Aplication.Pretice-Hall
Halliday.1978.Physics 3rd edition.inc :john
wiley.sans
FRANK HERTZ
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Leukipos dan Demokritos dua ilmuan yang mengembangkan konsep
atom. Mereka menyatakan bahwa atom bagian terkecil suatu zat/partikal yang
tidak dapat dibagi lagi. Konsep ini bertahan hingga abad XIX. Pada akhir abad
ke XIX banyak ilmuan yang berusaha mengungkap rahasia atom (Usuludin, 1999)
.Teori atom Bhor memperkenalkan atom sebagai sejenis miniatur planit mengitari
matahari, dengan elektron-elektron mengelilingi orbitnya sekitar bagian pokok,
tapi dengan perbedaan yang sangat penting.
Bilamana hukum-hukum fisika klasik mengatakan tentang
perputaran orbit dalam segala ukuran, Bhor membuktikan bahwa elektron-elektron
dalam sebuah atom hanya dapat berputar dalam orbitnya dalam ukuran spesifik
tertentu. Atau dalam kalimat rumus lain : elektron-elektron yang mengitari
bagian pokok berada pada tingkat energi (kulit) tertententu tanpa menyerap atau
memancarkan energi. Elektron dapat berpindah dari lapisan dalam ke lapisan luar
jika menyerap energi. Sebaliknya, elektron akan berpindah dari lapisan luar ke
lapisan lebih dalam dengan memancarkan energi. Kemampuan teori Bhor yang
menjelaskan spektrum dari hydrogen atom, yakni telah diketahui bahwa gas
hydrogen jika dipanaskan pada tingkat kepanasan tinggi, akan mengeluarkan
cahaya dari suatu frekuensi tertentu. Nilai terbesar teori Bhor tentang atom
dari hipotesa sederhana tapi sanggup menjelaskan dengan ketetapan yang
mengagumkan tentang gelombang panjang yang persis dari semua garis spektral
(warna) yang dikeluarkan oleh hydrogen Tetapi teori Niels Bohr terdapat
kekurangan dan harus diganti secara mekanika kuantum, agar ketelitian dan
kegunaannya lebih besar.
Berdasarkan permasalahan inilah, pada tahun 1914 ilmuwan
bernama James Franck dan Gustav Hertz melakukan sederetan eksperimen yang
membuktikan kebenaran teori Bohr yakni juga mengenai kehadiran eksitasi atom.
B. Tujuan Percobaan
1. Menentukan energi eksitasi dari air raksa (Hg) dan Neon (Ne)
2. Menginterpresentasikan grafik arus sebagai fungsi tegangan pada
anoda.
II.
DASAR
TEORI
Eksitasi elektron atom dari keadaaan dasar ke
keadaan tereksitasi dapat terjadi karena adanya serapan tenaga kinetik elektron
yang menumbuk atom gas Neon di dalam tabung Frenck-Hertz. Bila tenaga kinetik
elektron sama dengan tenaga ionisasi atom Neon, maka elektron-elektron dapat
mengionkan atom-atom gas tersebut. Gejala ionisasi ini ditandai oleh
meningkatnya kuat arus anoda secara drastis. Pada saat elektron terkuantisasi maka elektron tersebut akan
memencarkan energi berupa foton dengan panjang gelombang tertentu. Panjang
gelombang dari foton tersebut bergantung dari nilai energi eksitasi dari atom
tersebut. Karena atom Neon memiliki energi eksitasi sebesar V = 16,71 eV dan
16,89 eV, maka atom tersebut akan memancarkan foton dengan panjang gelombang
sebesar λ =
743,7 Å dan 735,9 Å.
Rangkaian / skema dasar eksperimen ini
ditunjukkan oleh gambar 1. elektron yang dipancarkan oleh pemanasan (F) pada
katoda (k) akan dipercepat oleh tegangan kisi (Vg), sehingga energi kinetiknya
bertambah besar. Pada tegangan kisi tertentu, energi kinetik elektron dapat
mengeksitasi atom Neon, dan elektron akan kehilangan tenaga sebesar tenaga
eksitasi atom Neon. Elektron ini tidak akan mampu lagi mencapai anoda jika
tenaga sisanya kurang dari tenaga penghalang (Vp), sehingga terjadi pemerosotan
arus anoda (Ia). Bila tegangan kisi dinaikkan lagi lebih lanjut, maka arus
anoda akan naik lagi, tetapi kemudian merosot lagi bila tegangan kisi sama
dengan kelipatan bulat tegangan eksitasi (Ve). Hali ini terjadi karena elektron
sebelum sampai di kisi telah beberapa kali mengeksitasi atom Neon dan akan
mengeksitasi lagi di daerah dekat kisi, sehingga tidak mencapai anoda.
Dengan demikian grafik arus anoda (Ia) sebagai
fungsi tegangan kisi (Vg) akan memperlihatkan puncak-puncak dan lembah-lembah
seperti pada gambar 2. Jarak antara dua puncak berdekatan merupakan besarnya
tegangan eksitasi atom (Ve) tersebut.
Energi eksitasi atom (Neon) merupakan perkalian
antara tegangan eksitasi atom (Ve) dengan muatan elektron (e)
Eeks
= eVe . . . . . . . . . . . . . (1)
Energi
ini digunakan untuk memancarkan foton yang memiliki panjang gelombang λ, yang
terkait dengan persamaan energi foton.
E = hc/λ
. . . . . . . . . . . . . . (2)
Dari persamaan (1) dan (2) selanjutnya akan
diperoleh panjang gelombang (λ) foton yang dipancarkan dari eksitasi atom Neon,
yaitu :
λ = hc/eVe
. . . . . . . . . . . . (3)
Dengan h
: tetapan planck (6,626 .10-34 Js = 4,136 . 10-15 eVs), c
: kecepatan cahaya ( 2,998 . 108 ms-1 ), dan e adalah
muatan elektron ( 1,602 . 10-19 C ).
Pesawat Franck-Hertz pada percobaan ini terdiri
atas tabung berisi gas Neon bertekanan rendah dilengkapi dengan filamen pemanas
katoda K, dan kisi G1 dan G2, plat anoda P, serta meter tegangan dan arus.
Tombol G1-K berfungsi untuk mengatur besarnya
tenaga kinetik elektron yang keluar dari kisi G1 menuju anoda P. Tombol G2-P
berfungsi untuk mengatur / menetapkan besarnya tegangan penghalang elektron
sampai di anoda P. yang perlu diperhatikan adalah penggunaan kedua panel
tersebut harus dilakukan secara hati - hati agar arus yang terbaca pada
mikroamperemeter tidak melampaui jangkauannya.
III.
PEMBAHASAN
Sebuah atom dapat mengeksitasi ke tingkat energi di atas tingkat
energi dasar yang menyebabkan atom tersebut memancarkan radiasi melalui dua
cara. Salah satunya adalah tumbukan dengan partikel lain. Pada saat tumbukan,
sebagian dari energi kinetik pada partikel akan diserap oleh atom. Atom yang
tereksitasi dengan cara ini akan kembali ke tingkat dasar dalam waktu rata-rata
10-8 sekon dengan memancarkan satu foton atau lebih. Cara lainnya
adalah dengan lucutan listrik dalam gas bertekanan rendah sehingga timbul medan
listrik yang mempercepat elektron dan ion atomik sampai energi kinetiknya cukup
untuk megeksitasi atom ketika terjadi tumbukan.
Dalam praktikum Percobaan Franc-Hertz ini, ppraktikan diharapkan
dapat menentukan energy eksitasi dari atom air raksa (Hg) dan neon (Ne) dan
dapat menginterpretasikan grafik arus sebagai fungsi tegangan pada anoda. Dari
percobaan ini, praktikan memperoleh hasil seperti pada gambar 3 dan 4, yaitu
grafik hubungan antara potensial pemercepat V dengan arus keping I. Dari
eksperimen tegangan pemercepat V dimulai dari 0 volt sampai dengan 99,90 V.
Ketika tegangan pemercepat semakin besar maka arus I akan naik, dan setelah tegangan
pemercepat mencapai 14,82 volt maka arus akan turun, selanjutnya arus akan naik
lagi dan bila tegangan pemercepat mencapai 31,52 volt arus akan kembali turun.
Hal ini dikarenakan ketika potensial pemercepat V bertambah naik maka akan
semakin banyak elektron-elektron bebas dari katoda yang sampai ke anoda
sehingga arus yang terdeteksi oleh ampermeter akan naik, selama elektron
bergerak dari katoda ke anoda elektron akan menumbuk atom neon (Ne), namun
selama energi elektron lebih kecil dari energi untuk mengeksitasi atom Ne
tumbukan yang terjadi adalah tumbukan lenting sempurna (elastic collisions)
sehingga tidak ada energi yang dilepaskan. Kemudian ketika energi elektron
telah mencapai energi eksitasi atom Ne, tumbukan yang terjadi adalah tumbukan
tak lenting (inelastic collisions) sehingga energinya akan diserap oleh atom Ne
sebesar energi eksitasinya sehingga energi elektron akan berkurang. Karena
energinya berkurang elektron tidak dapat sampai pada keping anoda sehingga arus
akan turun. Ketika tegangan V dinaikkan terus energi elektron akan naik
kembali. Namun setelah energi elektron kembali mencapai energi eksitasi atom,
terjadi tumbukan tak lenting dan penyerapan energipun terjadi, akhirnya
penurunan arus terjadi lagi yang ditafsirkan timbul dan eksitasi tingkat energi
yang sama pada atom lain. Begitu juga pada atom air raksa/mercury (Hg) berlaku
proses seperti pada atom neon (Ne), tetapi untuk memperoleh energi eksitasiya
memerlukan tegangan yang berbeda dengan
neon (Ne) atau unsur lain.
Energi yang dimiliki oleh elektron saat berada pada potensial V
ialah sebesar E = eV. Dari hasil percobaan yang dilakukan pada atom neon (Ne)
terdapat dua hasil terbaik yang diperoleh dari grafik percobaan yaitu untuk V1=
14,82 V dan V2 = 31,52 V dan didapat ∆VNe adalah sekitar 16,7 V,
sehingga didapat energy eksitasi sebesar 16,7 eV. Dan Dari hasil percobaan yang
dilakukan pada atom Air Raksa/mercury (Hg) terdapat lima hasil terbaik yang
diperoleh dari grafik percobaan yaitu untuk V1= 6,00 V ; V2
= 10,67 V ; V3 = 15,60 V; V4 = 20,48 V; V5 = 25,42 V dan didapat ∆VHg adalah
sekitar 4,86 V, sehingga didapat energy eksitasi sebesar 4,86 eV.
Untuk Hg, bila energi elektron kurang dari 4,86 eV tumbukan
bersifat elastik dan energi dalam Hg tak berubah. Bila energi elektron lebih
besar dari 4,86 eV, sebagian energi elektron diambil menjadi energi dalam,
sisanya tetap sebagai energi kinetik elektron begitu juga pada atom Ne bila
energi elektron kurang dari 16,7 eV tumbukan bersifat elastik dan energi dalam Ne
tak berubah. Bila energi elektron lebih besar dari 16,7 eV, sebagian energi
elektron diambil menjadi energi dalam, sisanya tetap sebagai energi kinetik
elektron. Peristiwa ini sering disebut transfer energi resonan.
Energy eksitasi atom Ne lebih besar dari pada atom Hg dikarenakan
nomor atom Ne lebih kecil dari pada Hg yaitu untuk Ne sebesar 10 dan Hg sebesar
80. Telah diketahui untuk nomor atom yang sedikit atau kecil memiliki jumlah
elektron yang sedikit dan memiliki jumlah kulit atom yang sedikit juga,
sehingga energy ikat inti dengan elektron-elektron yang berada pada kulit
terluar atau sebelumnya bernilai besar dan mengakibatkan energy untuk elektron
lepas dari kulitnya atau berpindah dari kulitnya (eksitasi) bernilai besar
juga. Dan untuk yang memiliki nomor atom besar maka memiliki kulit yang banyak
juga, sehingga energy ikat dengan elektron-elekton terluar lemah dan untuk melapas
elektron dari kulitnya memerlukan energy yang lemah/kecil juga. Ini yang
menyebabkan energy eksitasi atom pada Ne lebih besar dibandingkan energy
eksitasi atom pada Hg.
Dari praktikum didapatkan bahwa hampir semua atom Hg dan Ne mengambil
energi dari elektron sebesar 4,86 eV dan atom Ne sebesar 16,7 eV. Energi yang
diambil ini menjadi energi dalam atom Hg dan Ne yaitu energi yang diperlukan
untuk memindahkan elektron pada tingkat dasar ke tingkat eksitasi. Sedangkan
dari referensi energi dalamnya sebesar 4,9 eV untuk Hg (Arthur Beiser, 1990)
dan untuk Ne sebesar 16,71 & 16,89 eV. Jadi hasil percobaan ini sudah
sesuai teori, terjadinya perbedaan yang sedikit membuktikan bahwa setiap
percobaan tidak lepas dari sumber-sumber ralat, diantaranya suhu ruangan yang
tidak terkontrol dll.
IV.
KESIMPULAN
Tingkat-tingkat energi eksitasi dari elektron menunjukkan bahwa
energi dari elektron itu bertingkat-tingkat (terkuantisasi) dan mengukuhkan
kebenaran dari teori kuantum. Berdasarkan analisis data pengamatan, diperoleh
tegangan eksitasi (Ve) atom Neon sebesar : V = 16,7 Volt
Berdasarkan analisis data pengamatan, diperoleh energi eksitasi
(Ee) atom Neon sebesar : V = 16,7 eVolt, dan diperoleh tegangan eksitasi (Ve)
atom Hg (Air Raksa) sebesar : V = 4,86 Volt
Berdasarkan analisis data pengamatan, diperoleh energi eksitasi
(Ee) atom Neon sebesar : V = 4,86 eVolt.
MUATAN SPESIFIK e/m ELEKTRON
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tabung sinar katoda adalah tabung hampa udara yang dibuat
dengan memanfaatkan teknik pevakuman Geisler yang dapat memancarkan elektron
dalam bentuk sinar katoda ketika saklar dihubungkan.Percobaan ini dilakukan
oleh Julius plocker. Kemudian peristiwa ini dijelaskan oleh Sir William Crockes
pada tahun 1879 yang berhasil menunjukkan bahwa sinar katoda adalah berkas
sinar bermuatan negatif yang oleh Thomson
disebut sebagai elektron.
Pengukuran nilai muatan elektron (e) dapat dapat diketahui
setelah percobaan yang dilakukan oleh J.J. Thomson, yaitu dengan menggunakan peralatan
tabung sinar katoda yang dilengkapi dengan Medan listrik dan Medan magnet.Harga
e dapat didekati dengan harga perbandingan e/m yang diperoleh dari hubungan antara
nilai arus (I), tegangan elektroda (V), dan radius lintasan elektron (r).
Hubungan antar ketiganya dapat diketahui dari sifat-sifat coil helmholzt yang
menyebabkan adanya gaya sentripetal yang membuat elektron berbentu lingkaran
dari gaya linier yang timbul akibat perbedaan tegangan listrik antara katoda
dengan anoda. Bertolak dari percobaan yang pernah dilakukan oleh Thomson
tersebut, eksperimen ini mencoba untuk membuktikan kembali hubungan-hubungan
tersebut.
Percobaan
mengenai sinar katoda adalah salah satu eksperimen untuk mengetahui
kaakteristik dari elektron yang merupakan partikel sub-atomik yang fundamental
dalam terbentuknya arus listrik.Sehingga eksperimen ini penting dilakukan
mengingat wilayah aplikasi kelistrikan yang sangat luas.
B.
Tujuan
1. Mempelajari
sifat medan magnet dari kumparan Helmholzt
2. Menentukan
muatan spesifik e/m elektron
II. DASAR TEORI
Percobaan terkenal yang dilakukan oleh J.J Thomson pada tahun 1897
dimana ia menunjukan bahwa sinar dalam tabung katoda dapat dibelokan oleh medan
listrik dan medan magnetik sehingga dapat diketahui bahwa sinar tersebut
mengandung partikel-partikel yang bermuatan listrik. Dengan mengukur besarnya
penyimpangan partikel sinar yang disebabkan oleh medan listrik dan medan
magnetik ini, Thomson dapat menunjukan bahwa semua partikel memiliki
perbandingan muatan terhadap massa (e/m) relatif sama. Ia juga menunjukan bahwa
partikel dengan perbandingan muatan terhadap massa ini dapat diperoleh dengan
menggunakan sembarang bahan untuk katodanya. Partikel yang terkandung dalam
sinar ini, sekarang disebut elektron dan merupakan bahan dasar seluruh materi.
Prinsip yang digunakan Thomson dalam melakukan pengukuran ini
adalah jika suatu muatan elektron bergerak di dalam ruang yang berada di bawah
pengaruh medan magnet atau medan listrik maka muatan tersebut akan mengalami
gaya sehingga pergerakan elektron akan menyimpang. Adanya gejala fisis ini
dipertimbangkan sebagai pergerakan muatan elektron didalam medan magnet maupun
medan listrik persis seperti partikel yang dilemparkan horizontal didalam medan
gravitasi bumi.
Sistem yang digunakan terdiri dari sebuah tabung katode dan
kumparan yang berfungsi untuk menghasikan medan magnet. Kumparan ini disebut
kumparan Helmholtz yang digunakan untuk menghilangkan medan magnetik bumi dan
untuk memberikan medan magnet yang konstan dalam ruang yang sempit dan
terbatas.
Elektron yang dihasilkan oleh filamen (yang berlaku sebagai
katoda), akibat proses termoelektron, akan dipercepat ke arah anoda yang
mempunyai beda tegangan (V) terhadap katoda. Dari prinsip kekekalan energi,
jika tidak ada usaha yang dikenakan pada elektron, maka elektron tersebut akan
mempunyai energi kinetik akibat tegangan (V), yang besarnya adalah :
1/2 m v2 = eV
Dengan
m adalah massa elektron, e adalah muatan elektron, v adalah
kecepatan elektron dan V adalah beda tegangan anoda–katoda, sehingga kecepatan
elektron dapat ditulis sebagai :
Jika elektron tersebut bergerak di dalam medan magnet B,
maka akan mengalami gaya Lorenz sebesar :
F = evB
Untuk
elektron v ┴ B. Hal ini akan menyebabkan perubahan
arah dari kecepatan elektron tanpa merubah kelajuannya, sehingga elektron akan
bergerak melingkar. Pada gerak melingkar ini besar gaya sentripental sama
dengan besar gaya medan magnet pada elektron tersebut , yaitu:
Florentz = Fsentrufugal
Sehingga dapat
ditentukan nilai dari (e/m) nya, yaitu :
dengan V
potensial pemercepat elektron dan r radius lintasan elektron.
III. PEMBAHASAN
Pada percobaan muatan spesifik e/m
elektron ini, kita akan mempelajari sifat medan magnet dalam kumparan Helmholzt
serta menentukan nilai muatan spesifik e/m elektron. Nilai muatan e/m dapat
ditentukan dengan percobaan yang dilakukan pada sebuah tabung vakum yang
terdiri dari dua pelat logam yang berbeda, yaitu anoda (positif) dan katoda
(negative) dan dikelilingi kumparan Helmholzt.
Interaksi medan magnet yang dihasilkan
kumparan Helmholtz dengan electron yang bergerak akibat adanya arus akan
mengahsilkan pembelokan lintasan. Ini tidak bisa dilihat dengan mata, makanya
dalam pratikum, alat yang digunakan menggunakan zat tertentu, yaitu pada ruang
vakum di dalam tabung kaca. Dimana akibat dari zat tertentu, sinar katoda
(elektron dari katoda menembus atau menumbuk zat tertentu itu sehingga
berbentuk seperti sebuah sinar) yang agak berwarna kebiru-biruan. Warna biru
ini diakibatkan oleh panjang gelombang yang dicapai oleh elekron valensi zat
tertentu ketika bertumbukan dengan elektron pada katoda.
Sinar yang pratikan lihat dari bola
vakum tersebut adalah sinar berbentuk spiral atau bulat, diakibatkan oleh
kumparan Helmholtz disekeliling bola vakum tersebut. Sehingga disini teradi gaya
Sentripetal dan gaya Lorentz.
Berdasarkan data hasil percobaan, kita
dapat memperoleh hasil muatan spesifik e/m elektron. Nilai yang kita peroleh
ini bisa diperoleh secara analitik dan secara grafik. Kemudian kita
membandingkan keduanya.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa
pada saat nilai tegangan (V) tetap sedangkan nilai jari-jari lintasan elektron
berubah semakin besar, maka nilai kuat arus listrik akan semakin kecil. Jika
semakin kecil nilai jari-jari lintasan elektron maka medan magnet yang
dihasilkan oleh kumparan Helmholtz semakin besar. Medan magnet yang besar akan
membelokkan elektron dengan kuat sehingga diameter lintasan elektron semakin
kecil karena diameter elektron berbanding terbalik dengan medan magnet. Hal ini
sesuai dengan persamaan :
B2 =
dimana
: B (medan magnet), V (tegangan potensial), e (muatan elektron), m (massa
elektron), dan R (jari-jari kumparan helmholzt),
Nilai tegangan berpengaruh besar
terhadap besarnya jari-jari lingkaran sehingga berpengaruh terhadap nilai e/m.
semakin besar nilai tegangan, maka lingkaran semakin besar, nilai e/m semakin
kecil. Ini terjadi karena semakin besar tegangan yang diberikan, lingkaran yang
meruapakan lintasan yang akan dilalui electron semakin besar pula, sehingga
pergerakan electron semakin melambat. Sebab itulah nilai e/m menjadi semakin
kecil.
Dari grafik dapat kita lihat bahwa
semakin besar nilai tegangan maka nilai e/m semakin menurun, namun
terdapat satu data yang melenceng yaitu pada tegangan 200 V, nilai nya menaik
tapi setelah itu turun kembali. Tepatnya dari tegangan (100, 150, 200, dan 250)
volt, didapatkan nilai e/m secara berturut-turut (1,6; 1,5; 1,6; dan 1,5) x 1011
c/kg.
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lintasan elektron yang berbentuk lingkaran pada alat
percobaan untuk menentukan harga e/m dikarenakan adanya perubahan arah dan
kecepatan elektron yang bergerak dalam medan magnet (kumparan Helmholtz).
Lintasan yang berbentuk lingkaran tersebut akan berubah menjadi lebih kecil
jika tegangan yang diberikan tetap dan arus dinaikan, dan akan berubah menjadi
lebih kecil jika diberi kuat arus tetap dan tegangan diperkecil. Sedangkan
nilai e/m yang didapat hampir sama. Hasil perhitungan e/m secara analitik dan
grafik :
Ø Beda potensial 100 V
§ Secara analitik : e/m = 1,73 x 1011 C/Kg
§ Secara grafik : e/m = 1,6 x 1011 C/Kg
Ø Beda potensial 150 V
§ Secara analitik : e/m = 1,67 x 1011 C/Kg
§ Secara grafik : e/m = 1,5 x 1011 C/Kg
Ø Beda potensial 200 V
§ Secara analitik : e/m = 1,72 x 1011 C/Kg
§ Secara grafik : e/m = 1,6 x 1011 C/Kg
Ø Beda potensial 250 V
§ Secara analitik : e/m = 1,69 x 1011 C/Kg
§ Secara grafik : e/m = 1,5 x 1011 C/Kg
B. Saran
Untuk pratikan selanjutnya, agar
memahami konsep terlebih dahulu, sebelum memulai pratikum, agar dalam praktikum
dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang didapat lebih sesuai dengan teori
yang ada. Selain itu, untuk melihat multimeter, agar lebih hati – hati dan
teliti. Dan jagalah alat, untuk generasi berikutnya.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, Ayi. (2007). Listrik Magnet II. Tersedia :
http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/handout-listrik-magnet-ii.pdf
(23 September 2010).
Riyanto. (2006). Laporan Praktikum Fisika Dasar 1
Percobaan e/m. Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Jenderal Soedirman Program Sarjana MIPA Jurusan Fisika. Purwokerto.
http://riyanto04.files.wordpress.com/2009/09/e-per-m.pdf (23 September 2010)
Tipler, Paul A,. (2001). Fisika untuk Sains dan
Tekhnik Jilid 2 edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar